Perjalanan ini memang sebuah pengalaman yang menakjubkan, dan tulisan ini ditulis saat malam diberanda hotel Bungalau, Padang Panjang.
Sekitar pukul 10 malam, embun telah berhasil turun dari gunung menuju kota dingin, Padang Panjang. “embun turun bersama hujan biasanya, tapi malam ini tidak ada hujan, mereka datang sendiri.” Tutur teman seminum kopi malam itu.
Awalnya akan bermalam di Bukittinggi, karena long weekend yang menyebabkan semua penginapan penuh, jangankan itu, tempat parkirpun sudah tidak ada sisa lagi. Hanya dapat satu malam saja, besoknya baru menuju Padang Panjang, si- kota dingin.
Di Hotel Bungalau, tepat didepan pondok pesantren Serambi Mekkah. Malam dikamar 303 lantai 3. Biayanya cukup terjangkau. Ketika baru masuk, terpikir bahwa hotel ini penuh, tapi ternyata masih ada kamar kosong yang bisa ditempati.
Satu malam, setelah masuk, bersih-bersih dan setelah makan malam, turun ke restoran hotel. Duduk bersama seorang saudara bercerita tentang “penderitaan anak pesantren.”
Benar, lihat saja dari sini, cukup jelas dan sangat kontras ketatnya peraturan yang membuat mereka telah terbiasa. Ada beberapa anak perempuan berbusana muslimah lengkap, rasanya mereka ingin keluar untuk keperluan masing-masing, tapi tampak jelas, petugas keamanan menahan laju mereka.
Malam itu, malam jumat, kami menyaksikan bagaimana kerasannya tinggal didalam sebuah asrama, pondok pesantren. Teringat masa kecil dulu, sewaktu duduk dibangku sekolah dasar, orang tua pernah berkata, “nak, bisuak kalau lah gadang, ang sikola di pesantren, indak namuah ija, payah den ma aja kalian.” Nak, kalau sudah besar nanti, kamu sekolah di pesantren, susah diajar, sudah letih kami mengajar kalian.
Kalau masa-masa itu, kami yang kecil ini memang tidak pernah ingin tinggal diasrama. Bukan karena belum pernah jauh dari orangtua, memang dasarnya kami yang tidak mau dan cukup nakal waktu usia-usia kecil.
Tetapi setelah itu, ada juga untungnya tinggal diasrama, belajar mandiri, serba sendiri, urus diri sendiri, itu juga karena diatur dengan ketatnya peraturan pesantren. Sangat banyak sisi positif yang dapat di dapat kalau anak-anak kita di sekolahkan dipesantren.
Malam yang dingin dikota Padang Panjang, kembali dihangatkan dengan teriakan seorang satpam, “manga lai? Ka makan, tunggu se didalam paga.!!!” Perintahnya dari arah restoran. Memang benar, tapi lucunya ketika itu, ada dua anak gadis yang tengah makan didalam restoran. Dua anak gadis itu tadi berasal dari pesantren yang sama. Kenapa mereka bisa keluar disaat yang lain tidak?
Setelah berbincang-bincang, mereka hanya tersenyum saja menjawab, tergantung saja. Entah apa maksud ucapan mereka, penulis juga tidak mengerti. Disaat yang sama, malam minggu juga banyak aktivitas dari anak-anak pesantren, sekitar pukul 10 malam, sekumpulan anak-anak laki-laki tengah keluar dari salah satu pintu dengan stelan lengkap ala kiyai, bersarung dan berkopiah.
Unik saja melihat anak-anak pesantren disini. Sangat jarang ditemui dikota Padang. Anak-anak muda dengan aktivitas yang teratur, tidak melawan moral dan adat. Berpakaian sopan dan cantik. Malam yang dingin di Padang Panjang bagi mereka telah terbiasa.
Kehidupan yang seperti ini yang hendaknya ada diseluruh penjuru kota. Suasana tenang, tidak gaduh, cuaca yang bersih, bebas polusi. Kota Padang? Macet telah menjadi bagian dari kehidupan kota, belum lagi polusi udara karena asap kendaraan bermotor ditambah dengan panasnya cuaca kota Bingkuang itu.
Dingin, itulah kata yang keluar dari mulut teman ketika duduk dimalam minggu didepan restoring hotel ini. Pelayanan yang ramah, seorang pelayan yang cantik cukup menarik perhatian kami. Senyumnya khas ala anak gadis minang, anggun dan ayu, tersipu malu saat disapa.
Anak-anak muda disini sangat tahu aturan. Weekend ini saja, tidak banyak yang lalu lalang dengan kendaraan bermotor, tidak ada bising knalpot, tidak ada gumpalan asap yang mengotori udara. “Ada komunitas motor, tapi mereka lebih banyak keluar kota, dari pada mengotori udara disini, mending keluar kota dan bertemu teman baru dan lebih banyak teman lebih asyik.” Tutur salah seorang pemuda, Budi, malam itu.
Dinginnya malam kota Padang Panjang akan menjadi kenangan bagi siapa yang baru bermalam dan datang kesini. Jangan khawatir dengan tempat penginapan, banyak hotel-hotel murah dengan pelayanan yang memuaskan tersebar di kota Padang Panjang.
Setelah malam itu berakhir, perjalanan kembali diarahkan kekota Padang, rutinitas dan kesibukan sehari-hari telah menanti dihari kerja. (Tinta Putih)
2 komentar:
Assalaamu`alaikum. Saya dan 2 lagi rakan dari Malaysia insha ALLAH, akan berkunjung ke Padang dan Bukit Tinggi dari 12.9.2013 – 14.9.2013. Tujuan ke Padang ialah untuk melawat sekolah agama, pesantren dan masjid-masjid lama. Alhamdulillah. saya telah bertemu dengan blog anda . Apakah nama pesantren yang di depan hotel yang anda bermalam? Adakah hotel ini dekat dengan perguruan diniyyah puteri Padang Panjang dan Sumatra Thawalib. Kami akan sampai di bandara Padang pada 12.9.2013. Kami nak naik bis dari bandara ke Padang Panjang. Adakah bis nya. Kalau ada bis nya berhenti di mana? Adakah kereta api dari bandara Padang ke Padang Panjang? shukran wajazakallahu khairan. wassalamuaalaikum warahmatullah.
Walaikumsalam wr wb.
Benar sekali penginapan itu pas didepan pesantren yg di maksud.
jika dari bandara ada baiknya mengunakan jasa taksi blue bird, hanya saja taksi trsebut tidak masuk bandara.
Jika naik bis, terang saja ada, tapi tidak ada yg langsung dari bandara, ada baiknya menggunaka jasa tour and travel yang ada di padang, lebih gampang dan terjamin...
Untuk kereta api tidak ada.
Contact taksi : 0751 442123
Posting Komentar