Coretan Putih diatas Hitam...

Welcome to my site.


Minggu, 09 Oktober 2011

Addictive Budaya Perusahaan

PENDAHULUAN
Addictive behaviors within the culture dapat diartikan sebagai perilaku-perilaku yang menyebabkan kecanduan terhadap budaya. Semakin terus dikaji semakin tampak titik terang dari penyebab perilaku yang menyebabkan kecanduan terhadap budaya dari setiap organisasi atau perusahaan.
Budaya perusahaan atau budaya organisasi membicarakan tidak hanya perilaku yang menyebabkan kecanduan, tapi bagaimana perilaku-perilaku ini dapat menyatu untuk mendapatkan budaya yang baik dari tiap-tiap perusahaan.
Tidak perlu berpanjang-panjang, pada pertemuan atau diskusi minggu ini kita akan membahas tentang beberapa perilaku yang akan menjadikan budaya sebuah perusahaan kuat dan bisa bersinergi untuk berkompetisi dalam bisnis yang akan mendekati batas globalisasi.

PEMBAHASAN TEORI
Dari sekian banyak perilaku yang nyatanya ada dan sangat penting untuk dibahas dalam diskusi kali ini, tapi didalam bukunya, Jerome Want’s memaparkan 10 perilaku yang mestinya dibahas. Untuk itu, yang pertama adalah :
1. Conformity
Bisa diartikan sebagai penyelarasan makna. Dengan arti yang lebih luas adalah penyelarasan makna untuk mencapai penerimaan didalam lingkungan ekstrim, untuk penyesuaian kali ini memang sangat dibutuhkan dengan tujuan untuk berkembangnya usaha. Hal ini berlaku untuk semua jenis dan lingkungan usaha yang sama. Penyesuaian adalah langkah baik untuk membantu kita kearah yang dapat menciptakan keterpaduan dan jiwa agar memiliki kesatuan didalam organisasi.
2. Denial
Secepat kita mampu untuk berbicara seperti anak-anak, kita akan mulai terlibat dalam pe-ingkar-an ketika semua yang kita kerjakan salah. Hal ini adalah suatu mekanisme pertahanan alami untuk protected diri dari kesalahan kerja.
Ketika anak-anak, kita belum mengembangkan suatu perasaan integritas dan responsibilitas. Kita menemukan dunia disekitar kita yang tidak dapat diramalkan dan sangat mengancam. Bayangkan saja didalam organisasi jika ada. Sungguh akan menghancurkan organisasi kita sendiri.

3. Projection of Blame
Banyak sekali wabah yang menjadi perilaku didalam organisasi, kali ini masih tentang menyalahkan dalam hal etos kerja. Proyeksi menyalahkan telah menjadi suatu wabah yang bisa diumpamakan perkembangan masyarakat yang semakin hari semakin besar.
Seperti jari telunjuk yang diacungkan menjadi lebih tersebar luas populasi yang umum, harusnya tidak ada kejutan jika semakin banyak yang berperilaku seperti ini terjadi didalam sebuah organisasi atau perusahaan.

4. Passive-Aggressive Behaviors
Perilaku yang agresif sangat dihubungkan dengan proyeksi saling menyalahkan dan secara luas ditemui didalam lingkungan kerja. Itu adalah produk serangan secara diam-diam diharapkan.
Hal ini juga merupakan sebuah penolakan sopan untuk mematuhi kebijakan, permintaan, atau keluhan. Karyawan yang merasa tidak memiliki kemampuan akan melakukan tugas atau kegiatan dengan agresif pasif tersebut.


5. Obsessive-Compulsive Behaviors
Ada satu perilaku yang sangat “bodoh” kenapa demikian? Pertama, perilaku yang memaksa merupakan cerminan sebuah perilaku ketidaksanggupan atau enggan tetap (konsisten) pada suatu keadaan tertentu.
Lanjutnya kultur birokrasi yang telah dibekukan ternyata susah bagi mereka yang menganut perilaku ini untuk melepaskan diri dari praktek atau uji coba yang gagal, nilai-nilai, misi dan kebijakan, hampir semua mengalami kegagalan.

6. Punishment as A Tool
Jika ada perilaku yang mengatakan bahwa, “hukuman adalah alat untuk berkerja.” Ini memang benar jika berhadapan langsung dengan keadaan yang sebenarnya. Makanya, dunia bisnis tidak akan pernah malu untuk memberikan hukuman kepada para pekerja ditempat kerja.
Ditahun akhir, pemerintah berhati-hati menyatakan aturan main ditempat kerja dan tentu saja hukumannnya juga menjadi perhatian pemerintah. Terlebih sekali pemerintah lebih berhati-hati tentang takaran hokum bagi yang melanggarnya.

7. Political as Usual
Politik memang sering ada disetiap organisasi bisnis. Budaya politik selalu bermain pada tingkat yang berbeda ketika melakukan suatu bisnis. Permainan politik didalam organisasi sudah jelas terlihat dari awal mulanya saja.
Politik akan terus berusaha mengacaukan budaya, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa jika politik sudah merambah dunia bisnis, sudah barang tentu politik akan mengacaukan budaya sebuah perusahaan. Untuk itu juga perlu sebuah perilaku yang menjadikan kecanduan terhadap budaya.

8. Rampant Careerism
Pemahaman karir yang berlebihan biasanya adalah format politik tertentu yang lelah, habis, dan hampa itu hampir terjadi pada setiap jenis pekerjaan. Contoh nyata adalah sebuah firma yang mempunyai suatu “atas atau keluar” budaya.
Seperti didalam manajemen yang paling utama adalah berkonsultasi dengan perusahaan, bank investasi, dan sebagian dari perusahaan teknologi tinggi yang utama.

9. Ethical Convenience
Ketika karyawan suatu perusahaan merasakan bahwa mereka mempunyai lisensi untuk terlibat dalam bisnis secara legal, mereka pantas untuk dihukum. Kita punya semua karyawan yang melakukan kecurangan.
Didalam Enron, sungguh banyak karyawan yang menertawai diri mereka sendiri karena perilakunya selalu membawa masalah kedalam diri mereka untuk menerima hukuman. Dan hampir disetiap aktivitasnya, mereka melakukan kecurangan.

10. Hubris
Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia, Hubris memiliki makna sebagai sebuah anggapan kebanggaan yang angkuh. Kebanggaan yang berlebihan kearah dalam ataupun luar dalam pembangkangan para dewa yang mendorong ke arah pembalasan keadilan.
Masalah didalam perusahaan dengan banyak orang dan pemimpin adalah mereka berpikir bahwa mereka adalah dewa, yang berada pada jalur bebas kritik dan tanggung jawab.


Step to change the addictive culture.

Perilaku para pekerja yang menyebabkan kecanduan para manajer terbaik ditangani oleh perorangan. Terkadang, seorang sumber daya manusia atau manajer terampil dalam mewakili, dapat membantu karyawan untuk diarahkan kepada hal-hal yang berlawanan dengan perilaku-perilaku yang menyebabkan kecanduan secara negatif.
Hal ini bisa dilihat dari sejauh mana dampak pencapaian mereka dari yang lain disekitar mereka, disini juga bisa tampak kematangan dari seroang manajer sumber daya manusia, disamping dari seberapa berhasilnya karyawan untuk menjauhi perilaku-perilaku kecanduan budaya tersebut.
KESIMPULAN
Jerome Wants nampaknya ingin menjelaskan bahwa ada 10 jenis perilaku yang membuat budaya kembali gagal, hal ini Nampak pada karakteristik perilaku yang membawa kecanduan kepada sumber daya manusia sehingga menjadikan mereka “berleha-leha” terhadap pekerjaannya.
Disamping itu, 10 hal ini mutlak ada karena yang namanya budaya memang sudah pasti dan sulit untuk dirubah, jangankan dirubah, untuk membangun sebuah budaya yang baru saja butuh waktu yang relative panjang. Kita kembali ingat bahwa budaya perusahaan adalah nilai system makna bersama yang dilakukan sebuah organisasi untuk menjadikan mereka berbeda.
Dari defenisi tersebut, kita pasti tahu bahwa dalam bukunya, Jerome Wants menjelaskan bahwa untuk mengubah sebuah budaya memang sangat sulit, tapi banyak hal yang akan menghacurkan budaya itu sendiri dengan mudah sehingga menuntut para manajer berpikir untuk memahami dan berusaha mengubah budaya yang ada didalam sebuah perusahaan.
Addictive behaviors within culture, menjelaskan bahwa perilaku saja bisa menghancurkan budaya sebuah perusahaan. Lantas, manajer harus mengerti bahwa perilaku-perilaku tersebut memang sangat dekat dengan karyawannya. Lalu bagaimana pola pikir manajer untuk dapat menjadikan perilaku karyawan jauh dari 10 perilaku ini.
REFERENSI
Jerome Want’s : Illuminating the Black Hole

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes