Coretan Putih diatas Hitam...

Welcome to my site.


Sabtu, 28 Mei 2011

Romansa Kapal Feri Selat Sunda

Lampung – Suasana yang selalu ramai, penuh dengan segala macam bentuk kendaraan, baik kecil, sedang maupun ukuran yang paling besar ada disini. Ya, disinilah tempat beradunya kapal-kapal yang telah dan akan menyeberangkan kendaraan tersebut.
Kendati demikian, rutinitas yang padat selalu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan.

Walaupun perjalanan menuju ibu kota Jakarta melalui darat “terputus” karena adanya selat Sunda, tapi disinilah letak salah satu kesenangan yang ada.
Perjalanan yang meletihkan dapat terbayar sudah dengan suasana yang disuguhkan oleh pelabuhan yang rasanya jarang, bahkan tidak pernah kita rasakan ketika mendatangi pelabuhan teluk bayur. Disini pelabuhan terbagi dua, pelabuhan barang dan pelabuhan khusus kendaraan.
Mula-mula kalau berawal dari pulau Sumatera, yang pastinya kita akan disuguhkan oleh nuansa pelabuhan dari atas. Bagaimana tidak, jalanan yang menuju pelabuhan tujuan dihadang oleh pelabuhan pertama, walaupun tidak bisa melihat dari dekat, tapi sudah terlihat jelas peti-peti kemas dibawah sana.
Sungguh luar biasa sibuknya disana. Sebagai pengendara, kita mesti hati-hati ketika melintas jalanan tersebut, mobil-mobil dengan roda yang tidak kurang dari 18 itu selalu melintas dengan peti-peti yang ditarik dengan container besar. Cukup bervariasi, ada yang berisi mobil, motor, ada juga berisikan barang pangan. Kebanyakan adalah kendaraan yang baru saja dipesan dari beberapa provinsi di pulau Sumatera.
Rasanya tidak cukup dua jam perjalanan untuk menikmati, kalau saja punya waktu banyak, sudah tentu ingin rasanya melihat lebih dekat, bagaimana sibuknya para pebisnis disana, mereka bertransaksi dan saling bernegosiasi dengan beberapa serikat buruh bongkar muat pelabuhan.
Awalnya, kalau mengendarai mobil tepat didepan salah satu Universitas tenama disana, butuh waktu dua setengah jam, dengan syarat tidak macet atau tidak ada yang sedang melakukan perbaikan jalan. Kalaupun ada, hanya memakan waktu tiga sampai empat jam menuju pelabuhan penyeberangan yang dituju.
Jalanan yang berkelok-kelok juga menambah semaraknya perjalanan menuju ibu kota. Selat Sunda yang akan menjadi actor utama dalam perjalanan telah tampak. Diperempatan jalan yang jika lurus akan langsung membawa kita ke pelabuhan penyeberangan.
Cukup jauh juga ternyata. Padahal tadi terlihat cukup dekat, mungkin dikarenakan kita berada ditempat yang tinggi dan semua terlihat sangat dekat. Cukup memakan waktu setengah jam saja, kita sudah sampai di gerbang pelabuhan penyeberangan. Ramai sekali, terlihat antrian yang padat lancar. Hal ini dikarenakan kita diharuskan membayar tiket penyeberangan. Urusan harga tiket penyeberangan tidak terlalu mahal, sepeda motor dikenakan biaya Rp. 28.000, sedangkan mobil sedan dan sejenis Avanza dikenakan biaya tiket sebesar Rp. 198.000. Harga tiket tersebut hanya untuk satu kali penyeberangan.
Yang menariknya adalah betapa santunya para penjaga loket penjualan tiket. Sungguh jarang dirasakan dikota asal kita, Padang.
Setelah membayar kita juga langsung diarahkan kesalah satu dermaga yang telah ditentukan, belum banyak mobil yang menanti naik keatas kapal. Proses naiknya kekapal juga sangat bersistem, diatas kapal, mobil-mobil yang dari Merak keluar satu persatu, tergantung jenis kapal yang ditumpangi. Jika kapal yang memliki parkiran mobil dua lantai, berarti mobil yang parkir paling ujung dilantai dua harus menjadi yang paling terakhir untuk keluar, sehingga yang terakhir masuk adalah yang pertama keluar.
Menarik saja jika diperhatikan. Saling memberikan kontribusinya, petugas saling bekerja sama. Sehingga sudah waktunya untuk kami menaiki kapal penyeberangan. Diatas kapal, setelah mobil terparkir, kita juga bisa bebas berkeliaran diatas kapal dengan bebas bersyarat, hati-hati. “Sistem pengaturan memang harus tepat, sedikit saja cacat, berarti musibah bagi kami, macet yang parah menganggu penyebrangan nantinya.” Tutur salah seorang petugas.
Diatas kapal, para awak kapal juga menyediakan makanan dan minuman untuk diperjual belikan kepada penumpang kapal. Sedikit tips, lebih baik dihindari berbelanja diatas kapal, karena harga yang dipatok terlalu jauh mahal disaat semua harga naik. Alangkah lebih baiknya belanja saja dulu sebelum memasuki pelabuhan, disepanjang jalan sebelum pelabuhan, telah banyak mini market yang berjualan.
Cuaca yang cerah menambah indahnya pemandangan selat sunda. Pemandangan anak Krakatau diujung sana, dan pemandangan pelabuhan yang tertinggal dibelakang menyemarakan hari disetiap waktu diantara Sumatera dan Jawa, Selat Sunda.
Birunya laut Selat Sunda menambah raungan hati yang jauh dari perantauan. Irama music yang khas terdengar setelah memasuki ruangan ber-AC kapal, sayangnya tidak semua kapal yang memiliki fasilitas seperti ini. Kapal-kapal yang beroperasi disini juga bisa dihitung saja, sementara lonjakan penyebrang semakin padat. Macet adalah salah satu bukti bahwa lonjakan yang terjadi.
Deru mesin dan tawa renyah dari beberapa penumpang yang bercanda, berbagai suku dan ragam bahasa yang dapat didengar disini. Jarang sekali kita mendengar orang-orang bercanda satu sama lain dengan logat bahasa yang berbeda. Tapi disini dapat kita jumpai, menaiki kapal Feri sebagai alternative penyeberangan adalah pilihan untuk berinteraksi dengan orang-orang sekitar.
“biasanya kalau cerah, ada gerombolan lumba-lumba yang berkejaran ditengah-tengah selat nanti.” Ujar salah seorang penumpang kapal. Boleh dikatakan bahwa dia sudah hampir pernah mencobakan semua kapal penyeberangan diselat ini. Sehari saja bisa dua kali ia menaiki kapal.







BACA : BERITA HOT
Eksotika yang hadir diselat sunda. Semilir angin yang menyapu wajah, membuat tidak terasa telah meninggalkan pelabuhan terlalu jauh. Ternyata, tidak hanya mobil yang punya jalur jalan, kapal juga ada, tapi ketika penyeberangan tersebut, kapal yang menuju pulau Jawa berada pada jalur kiri, ketika telah hampir sampai di pelabuhan Merak, kapal yang kami tumpangi berada disebelah kanan. Entah kenapa dan bagaimana system jalur yang dipakai. Yang pasti belum ada terdengar kapal yang kecelakaan karena bertabrakan dengan kapal lain ketika sedang melaju. (Tinta Putih)



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes