Coretan Putih diatas Hitam...

Welcome to my site.


Senin, 26 September 2011

Moral Pelajar Moral tawuran

Oleh : Tinta Putih

Saat berjalan didepan sebuah sekolah menengah pertama yang ada dikota Padang, sedikit miris melihat disalah satu warung yang ada disampingnya. Segerombolan anak tengah tertawa keras sembari menghisap sebatang rokok. Padahal mereka masih berstatus “menampung” dari orangtua.
Kali ini teringat perkataan orangtua dulu, “kalau ingin merokok, mencarilah dulu, tapi usahakan jangan, tidak baik untuk kesehatan.”
Mau diingatkan, bagaimana lah, mereka akan berkata kalau mereka membeli pakai uang mereka, bukan uang penulis. Heran, tunas bangsa yang harusnya menghisap ilmu pelajaran, malah menghisap asap yang sangat jelas mengandung bahan yang berbahaya dan tidak menyehatkan.
Sekilas gambaran kejadian ini juga pernah terlihat ditayangan televisi yang memberitakan bahwa seorang anak kecil yang masih balita telah menjadi seorang candu rokok. Lantas, yang menjadi pertanyaannya adalah, dimanakah letak moral anak bangsa sepuluh tahun kemudian jika hal ini terus berlanjut.


Moral bangsa memang menjadi taruhannya. Semakin berkembangnya zaman, semakin majunya perekonomian dan canggihnya teknologi, tidak ayal bagi kita bahwa masuknya modrenisasi semakin cepat. Untuk itu, kita perlu waspada terhadap modrenisasi yang semakin mendesak masuk.
Semakin globalisasinya zaman, maka moral juga menjadi perhatian bagi kita semua. Jika tidak, maka hancurlah kita. Mereka lah yang akan menguasai kita, ditanah kita, mereka berkuasa dan menjadi penguasa. Kita diaturnya.
Mungkin hal ini yang tidak ditanamkan oleh sekolah dan perguruan tinggi sekarang ini. Moral adalah langkah awal untuk maju. Bayangkan, semakin seringnya terjadi tawuran antar pelajar, sampai-sampai taruhan juga menjadi ajang judi bagi mereka yang melakoninya.
Tidak hanya tawuran antar sesama pelajar, di Jakarta saja, terjadi perkelahian antara pelajar dengan wartawan. Entah apa masalahnya, lagi-lagi pelajar menjadi tidak kontrol terhadap dirinya.
Moral sejalan dengan pengontrolan diri, semuanya berawal dari bagaimana kita sebagai pelajar mampu menguasai diri dan melakukan pengontrolan diri. Percayalah, jika pelajar mampu melakukan ini, bisa aman negri ini dari apa yang tengah terjadi saat ini.

Pelajar mempunyai peran penting bagi negara, tentunya lagi moral mereka akan dipertanyakan. Ujung dari semuanya adalah bagaimana pendidikan di negara ini berkembang. Maju? Jalan ditempat? Atau malah mundur? Semua kita punya jawabannya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pendidikan di negara ini, kita punya seorang Soekarno, Bung Hatta, hingga (kebetulan) Obama mempelajari dasar ilmu di negara kita. Lalu dimana salahnya? Apa yang menjadikan pendidikan di Indonesia tidak berjalan sesuai harapan?

Pertama, orang yang akan kita didik. Seberapa jauh mereka sadar bahwa dengan ilmu pengetahuan dapat membawanya ke alam yang lebih sukses lagi. Kesadaran pun tidak sendiri, mereka didalamnya bersama dengan niat, moral, etika, dan lain-lain. Kesatuan dari itu semua, baru (mungkin) bisa berjalan pendidikan tersebut.
Moral akan susah didapat jika tidak ada niat dan etikapun tidak mampu sendiri ketika niat tidak ada. Lihat saja, tawuran yang terjadi sudah pasti dikarenakan mereka semua (pelajar) tidak memiliki moral. Setidaknya kalau mereka yang berpikir bisa memikirkan, “jika ada salah satu dari peserta tawuran kali ini yang mati, siapa yang akan disalahkan.”
Tapi mereka tidak pernah memikirkan hal-hal yang demikian. Pernah juga tersiar kabar, kalau mereka yang ikutan didalam barisan tawuran ini hanya karena solidaritas sesama rekan satu sekolahan yang dilecehkan atau hanya di olok-olok oleh rekan sekolah lain. Picik sekali pemikiran anak bangsa ini. Jika mereka-mereka yang sering tawuran ini nanti akan menjadi wakil rakyat, tidak bisa dibanyangkan apa yang akan terjadi di Senayan kelak.
Kedua, sistem. Lagi-lagi, kita punya penilaian yang berbeda satu sama lainnya. Bagi penulis, sistem yang ada sekarang sudah jauh lebih bagus dibandingkan dengan sistem yang sebelumnya. Tidak mungkin seorang mentri pendidikan menginginkan hal terburuk terjadi dalam dunia kependididkan.
Tapi, sistem tetap lah ditetapkan oleh manusia. Kalau pun salah sistemnya, yang salah itu adalah orangnya membuat sistem tersebut. Biarkan sistem tetap seperti itu asalkan moral tetap menjadi perhatian dalam pembuatan sistem pendidikan. Semoga saja ini menjadi tugas penting bagi kita semua, orangtua, guru, dosen, praktisi pendidikan, pemerintah, dan khususnya kepada pelajar itu sendiri.
(Mahasiswa Fak. Ekonomi Manajemen Unand 2009)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes